Kanker hati, atau yang sering disebut karsinoma hepatoseluler (HCC), adalah jenis kanker yang dimulai di hati, yaitu organ besar yang terletak di bagian kanan atas perut. Kanker hati seringkali berkembang tanpa gejala pada tahap awal, sehingga banyak pasien baru mengetahui penyakit ini pada stadium lanjut. Meskipun demikian, dengan deteksi dini dan pengobatan yang tepat, peluang untuk mengatasi kanker hati bisa lebih baik.
Artikel ini akan membahas secara mendalam mengenai penyebab, gejala, diagnosis, serta pengobatan kanker hati.
Apa Itu Kanker Hati?
Kanker hati adalah kondisi ketika sel-sel hati mengalami pertumbuhan yang tidak terkendali dan membentuk massa atau tumor. Kanker hati dapat berkembang di hati itu sendiri (karsinoma hepatoseluler), atau bisa juga disebabkan oleh kanker yang bermula di organ lain yang kemudian menyebar ke hati (metastasis). Namun, jenis kanker yang paling umum pada hati adalah karsinoma hepatoseluler.
Selain itu, kanker hati sering kali berhubungan dengan penyakit hati kronis, seperti sirosis, yang merusak sel-sel hati dan mempengaruhi fungsi hati. Penyebab paling umum dari kanker hati adalah infeksi virus hepatitis B dan hepatitis C, meskipun faktor lain juga bisa berkontribusi.
Penyebab Kanker Hati
Kanker hati dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang mempengaruhi kesehatan hati. Beberapa penyebab dan faktor risiko utama kanker hati antara lain:
1. Hepatitis B dan Hepatitis C
- Infeksi Hepatitis B (HBV) dan Hepatitis C (HCV) adalah penyebab utama kanker hati di seluruh dunia. Kedua virus ini menyebabkan peradangan kronis pada hati dan dapat menyebabkan kerusakan jangka panjang (sirosis), yang meningkatkan risiko terjadinya kanker hati.
2. Sirosis Hati
- Sirosis hati adalah kondisi di mana jaringan hati normal digantikan oleh jaringan parut akibat kerusakan hati yang terus-menerus. Sirosis sering kali berkembang sebagai akibat dari alkoholisme kronis, infeksi hepatitis, atau kondisi hati lainnya. Sirosis meningkatkan risiko seseorang untuk mengembangkan kanker hati.
3. Penyakit Metabolik dan Non-Alkoholik (NAFLD)
- Penyakit hati berlemak non-alkohol (NAFLD) atau steatosis hati adalah penumpukan lemak di hati yang tidak terkait dengan konsumsi alkohol. Penyakit ini sering kali berhubungan dengan obesitas, diabetes tipe 2, dan sindrom metabolik. Jika tidak diobati, NAFLD dapat berkembang menjadi sirosis dan kanker hati.
4. Konsumsi Alkohol Berlebihan
- Konsumsi alkohol dalam jumlah berlebihan selama bertahun-tahun dapat menyebabkan sirosis hati, yang pada gilirannya meningkatkan risiko kanker hati. Alkohol dapat merusak sel-sel hati, menyebabkan peradangan dan pembentukan jaringan parut.
5. Paparan Aflatoksin
- Aflatoksin adalah racun yang diproduksi oleh jamur tertentu yang tumbuh pada kacang-kacangan dan biji-bijian yang disimpan dalam kondisi lembab. Aflatoksin dapat merusak DNA hati dan berkontribusi pada perkembangan kanker hati, terutama pada individu yang sudah memiliki infeksi hepatitis B.
6. Kondisi Genetik
- Beberapa kondisi genetik seperti hemochromatosis (penyakit penumpukan zat besi dalam tubuh) dan penyakit Wilson (penyakit penumpukan tembaga dalam tubuh) dapat meningkatkan risiko kanker hati.
7. Faktor Lain
- Obat-obatan tertentu, terutama yang digunakan dalam pengobatan kanker atau untuk menekan sistem kekebalan tubuh, dapat meningkatkan risiko kanker hati. Selain itu, merokok dan paparan bahan kimia berbahaya juga dapat menjadi faktor risiko.
Gejala Kanker Hati
Pada tahap awal, kanker hati mungkin tidak menunjukkan gejala apapun, atau gejalanya bisa sangat ringan dan tidak spesifik. Namun, seiring perkembangan penyakit, gejala kanker hati bisa menjadi lebih jelas. Gejala umum kanker hati meliputi:
- Nyeri pada Perut Bagian Kanan Atas: Sakit atau rasa tidak nyaman di perut bagian kanan atas, tempat hati berada.
- Peningkatan Ukuran Perut: Hati yang membesar (hepatomegali) atau penumpukan cairan di dalam perut (asites) dapat menyebabkan pembengkakan pada perut.
- Kelelahan Ekstrem: Rasa lelah yang tidak wajar meskipun sudah cukup beristirahat.
- Penurunan Berat Badan Tanpa Sebab yang Jelas: Penurunan berat badan yang cepat tanpa adanya perubahan pada pola makan atau aktivitas fisik.
- Mual dan Muntah: Gangguan pencernaan, mual, atau muntah yang berkepanjangan.
- Kehilangan Nafsu Makan: Penurunan nafsu makan yang signifikan, sering disertai rasa penuh di perut.
- Perubahan Warna Kulit dan Mata: Jaundice atau kuning pada kulit dan mata, yang disebabkan oleh peningkatan kadar bilirubin dalam darah.
- Gatal-gatal pada Kulit: Gatal yang tidak dapat dijelaskan akibat akumulasi zat dalam tubuh karena gangguan hati.
- Feses Berwarna Pucat atau Urine Gelap: Feses yang berwarna pucat atau urine yang berwarna gelap bisa menjadi tanda gangguan hati.
Jika Anda mengalami salah satu dari gejala-gejala ini, segeralah konsultasikan dengan dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Diagnosis Kanker Hati
Untuk mendiagnosis kanker hati, dokter akan memulai dengan pemeriksaan fisik dan wawancara medis. Tes dan prosedur lain yang mungkin dilakukan untuk diagnosis kanker hati meliputi:
- Tes Darah
- Dokter mungkin akan memeriksa alpha-fetoprotein (AFP), sebuah protein yang kadarnya meningkat pada sebagian besar orang dengan kanker hati.
- Pencitraan (CT Scan, MRI, dan Ultrasound)
- USG hati adalah tes pencitraan yang paling sering digunakan untuk mendeteksi massa atau tumor di hati. CT scan atau MRI juga dapat digunakan untuk mendapatkan gambaran lebih rinci tentang ukuran dan lokasi tumor.
- Biopsi Hati
- Biopsi hati dilakukan dengan mengambil sampel kecil jaringan hati untuk diperiksa di laboratorium guna memastikan keberadaan sel kanker. Biopsi bisa dilakukan dengan jarum atau melalui pembedahan.
- Laparoskopi
- Pada beberapa kasus, dokter dapat melakukan prosedur laparoskopi untuk melihat langsung ke dalam perut dan hati serta mengambil sampel jaringan untuk biopsi.
Pengobatan Kanker Hati
Pengobatan untuk kanker hati tergantung pada ukuran tumor, lokasi, stadium kanker, dan kesehatan umum pasien. Beberapa opsi pengobatan kanker hati meliputi:
1. Pembedahan
- Transplantasi Hati: Pada kasus kanker hati yang terbatas pada bagian tertentu dan pasien tidak memiliki penyakit hati yang lebih parah (seperti sirosis), transplantasi hati dapat menjadi pilihan.
- Reseksi Hati: Jika kanker terbatas pada satu bagian hati dan fungsi hati masih baik, pembedahan untuk mengangkat tumor bisa dilakukan. Namun, prosedur ini hanya dapat dilakukan jika kanker belum menyebar.
2. Terapi Ablasi
- Ablasi dengan Radiofrekuensi (RFA): Teknik ini menggunakan gelombang radio untuk menghancurkan tumor hati. RFA digunakan untuk tumor kecil yang tidak dapat dioperasi atau untuk pasien yang tidak dapat menjalani pembedahan.
3. Kemoterapi
- Kemoterapi Sistemik: Obat-obatan kemoterapi digunakan untuk menghancurkan sel kanker, tetapi efektivitasnya pada kanker hati terbatas.
- Kemoterapi Embolisasi (TACE): Teknik ini melibatkan injeksi obat kemoterapi langsung ke pembuluh darah yang menyuplai tumor hati, yang mengurangi aliran darah ke tumor dan memberikan obat kemoterapi secara langsung ke kanker.
4. Terapi Targeted dan Imunoterapi
- Terapi Targeted: Obat yang menargetkan sel kanker secara lebih spesifik, seperti sorafenib, digunakan untuk mengobati kanker hati yang tidak dapat dioperasi.
- Imunoterapi: Beberapa obat imunoterapi seperti nivolumab atau pembrolizumab dapat merangsang sistem kekebalan tubuh untuk menyerang sel kanker.
5. Radioterapi
- Terapi radiasi bisa digunakan untuk menghancurkan sel kanker di hati, terutama jika tumor tidak dapat dioperasi atau jika pasien tidak dapat menjalani prosedur pembedahan.
6. Perawatan Supportif
- Perawatan supportif atau paliatif dapat diberikan untuk mengelola gejala kanker hati, seperti nyeri, mual, atau kesulitan makan, terutama jika kanker tidak dapat disembuhkan.
Pencegahan Kanker Hati
Beberapa langkah dapat